Dr. Ahmad Khotib: Guru Harus Bermuka Dua!

MENCERAHKAN: Saat menjadi pemateri dalam studium general SMK Annuqayah, Dr. Ahmad Khotib menegaskan pentingnya guru menjadi "munafik" saat di dalam kelas.

Qudeta.co — Kenali dan asah model belajar siswa. Begitulah materi studium general SMK Annuqayah yang diposting di akun facebook-nya, Ahad (23/7/2023).

Berikut kami hadirkan saripati dari materi yang disampaikan doktor muda yang merupakan Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Ahmad Khotib:

“Guru harus munafik. Bermuka dua. Penting bagi guru untuk belajar bermuka dua.

Setidaknya memastikan diri, sebelum masuk kelas harus melepaskan semua masalah yang ia miliki. Jangan sampai kegaduhan di rumah di lampiaskan ke siswa di kelas. Kacau.

Serumit apapun masalah pribadi si guru, ia harus masuk kelas dengan keadaan riang. Ini yang dimaksud guru harus bermuka dua layaknya perangai orang munafik.

Jika guru sedang bad mood dan tak bisa munafik saat kelas untuk meminimalisir suasana kacau dikelas yang disulut karena pikiran guru yang sedang galau maka guru bisa menerapkan SLC. SLC adalah Student Learning Center, pembelajaran yang terpusat pada siswa. Diberi tugas, proyek atau hal lain yang menciptakan suasana siswa aktif di kelas.

Agar keberadaan guru di kelas tak mubazir dan menjadi pembawa informasi baru yang dibutuhkan siswa guru perlu untuk Start Study With Question. Memulai pelajaran dengan pertanyaan ini penting sekali. Jangan-jangan siswa sudah menguasai terhadap materi yang akan dibawakan guru.

Karena salah satu ketidakresponan siswa di kelas salah satunya disebabkan karena guru tak membawa kabar baru pada siswa. Itu-itu saja. Terpaku pada buku.

Selain dari itu, guru tidak usah buang-buang waktu mempersoalkan kekurangan siswa. Karena setiap manusia memiliki kekurangan. Fokuslah pada kelebihan siswa. Carilah potensi siswa lalu arahkan dan kembangkan.

Setelah kita memiliki modal untuk belajar harus mengenali gaya belajar kita. Agar kesuksesan yang dicapai bisa gemilang. Modalitas belajar yang diberikan tuhan berupa mata, telinga dan perangkat belajar lain yang berupa panca indera.”

Baca Lainnya:  Suasana Segan Olahraga dan Rahasia Sukses Kiai Berpoligami

Untuk mencapai mimpi bersama SMK, Ahmad Khotib mengajak pada siswa untuk mengenali gaya belajar masing-masing; apakah model visual, auditorial dan atau kinistetik. Setelah ditemukan, maksimalkan model belajar yang telah ditemukan. Pasti hasilnya lebih maksimal.

Di tengah penyampaian materi, ada sesi pengisian kuisioner di https://akupintar.id/tes-gaya-belajar, untuk menemukan model belajar para siswa.

Para guru idealnya memang mengetahui gaya belajar setiap siswa. Dengan demikian tak mudah bagi guru suuzan dengan perangai siswa yang beragam di kelas saat pelaksanaan KBM.

Semisal model belajar siswa yang auditorial ia cenderung tak serasa memperhatikan. Terkadang menoleh ke jendela, tapi seyogyanya dia sedang fokus menyimak. Karena tangkapan informasi lebih kuat dan cekatan yang diterima lewat telinga. Lebih mudah menghafal hanya karena mendengarkan.

Beda lagi dengan gaya visual. Dia lemah di sisi pendengaran. Informasi bisa tercerna dengan amatan mata. Maka tipikal siswa yang gaya belajarnya visual akan merasa terganggu dengan guru yang menulis sambil menjelaskan. Dan tak terganggu jika ada alunan musik saat sedang belajar.

Yang ketiga tipikal siswa lebih menangkap jika ada peraga atau praktik. Baik demonstrasi oleh guru atau praktik dengan siswa lebih berperan. Ini model belajar kinestetik (gerakan). Sehingga ada beberapa siswa yang gaya belajarnya sambil mainkan bolpen atau mengerakkan kaki atau anggota badan lain saat menyimak pelajaran.

Selanjutnya untuk memastikan apakah gerakan dan gelagat aneh siswa di saat KBM berlangsung sebagai bentuk ekspresi dari varian gaya belajar yang berbeda atau sebagai ungkapan ketidak betahan di kelas bisa dilihat dari aspek ciri-ciri motivasi.

Ciri-ciri motivasi:
1. Minat. Siswa minat tidak dengan paparan guru
2. Bertanya. Bentuk respon terhadap motivasi guru bisa diungkapkan dengan pertanyaan
3. Menjawab. Jika diumpan dengan pertanyaan bisa dijawab
4. Mengikuti kelas dengan riang gembira

Baca Lainnya:  Kasus Terawan, Jokowi Preteli IDI yang MUI di Bidang Kesehatan

“Kalian di SMK jurusan TKJ sangat pas. Karena dari sekian kecerdasan yang dibutuhkan dunia selama beberapa tahun terakhir kompetensi Jaringan selalu masuk katagori. Hari ini disebut era jaringan. Dengan Jaringan muncullah peradaban Toko Online, Ojek online, dan lain sebagainya,” terang Ahmad Khotib.

Terakhir, SMK Annuqayah berterima kasih kepada Dr Ahmad Khotib yang telah membuka wawasan para guru dan siswa. Semoga materi yang bagus ini bisa kota terapkan untuk mencetak generasi gemilang. (*/her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *