Achmad Baidowi Bagikan Sembako Sembari Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

QUDETA.CO | Warga Pamekasan menyambut hangat kedatangan Dr. H. Achmad Baidowi, Kamis (9/5/2024).

Hal tersebut terjadi saat Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI itu sosialisasi empat pilar kebangsaan di Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan.

Usai menyosialisasikan empat pilar MPR RI, Awiek–panggilan akrab Dr. H. Achmad Baidowi, berbagi sembako kepada masyarakat.

“Kalau mencermati banner, terdapat tulisan sosialisasi empat pilar. Isinya ialah menyampaikan informasi, mengetengahkan pokok-pokok pikiran pendapat dari negara yang disampaikan kepada masyarakat,” terangnya.

Dijelaskan, empat pilar kebangsaan MPR RI tersebut mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

“Biar mudah diingat, kami menyebutnya PBNU. Itu bukan singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, tapi itu adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945,” paparnya.

Pancasila, jelasnya, merupakan dasar negara. Mulai dari pelajaran SD sampai tingkat atas, ditanamkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila ialah sumber dari segala hukum di Indonesia.

“Penyokong kekokohan negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila,” tekan Awiek.

Sedangkan UUD 1945, tambahnya, merupakan konstitusi tertulis yang menjadi landasan hukum negara Indonesia. UUD 1945 mengatur tentang berbagai aspek kehidupan negara, termasuk hak dan kewajiban warga negara, struktur pemerintahan, kekuasaan negara, dan perlindungan hak asasi manusia.

Sedangkan NKRI tergolong sebagai pilar kebangsaan yang berkaitan erat dengan bentuk negara yang menjadi suatu hal penting bagi setiap negara di dunia.

“Bhinneka Tunggal Ika, berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ia menggambarkan keberagaman budaya, suku bangsa, agama, dan bahasa di Indonesia. Meskipun berbeda-beda, semua elemen tersebut tetap bersatu dalam satu kesatuan yang disebut Indonesia,” urainya.

Inti dari sosialisasi empat pilar itu, ujar Awiek, ialah silaturrahmi dirinya selaku wakil rakyat DPR RI, sembari menyampaikan isu-isu kebangsaan kepada masyarakat.

Baca Lainnya:  Petani di Galis Curhat Masalah Pupuk, Ini Jawaban Achmad Baidowi

Dalam kesempatan itu, Awiek menegaskan bahwa tiap tahun pihaknya menyempatkan waktu untuk silaturrahmi dengam segenap lapisan masyarakat di seluruh kecamatan di Madura.

Tidak hanya di Pamekasan. Mungkin ada yang bertanya mengapa turun Awiek sekarang di Bangkes? Ya, skedulnya memang sekarang.

“Sebab, di Madura itu ada empat kabupaten. Di Pamekasan saja lebih seratus desa. Di Kadur sendiri terdapat 10 desa,” ujarnya.

Jadi memang dalam beberapa kesempatan, Awiek bergiliran silaturrahmi, berganti setiap desa.

“Barusan Ra Ziyad (tuan rumah, red) menyampaikan beberapa waktu lalu banyak banner bertuliskan Taretan Dhibik, itu memang saya Achmad Baidowi,” tegasnya.

Awiek memang lahirnya di Banyuwangi, tapi mbah atau kakeknya di zaman Belanda merantau ke Banyuwangi. Kakeknya dari Dusun Ba’batoh, Desa Kertagena Tengah, Kadur, Pamekasan.

Kakeknya merantau ke Jawa karena dalam kondisi zaman laèp (kekurangan). Kalau sekarang, kata Awiek, tidak ada Jawa-Madura. Sudah merata dalam hal kesejahteraan.

Dijelaskan, situasi sekarang sudah berubah berkat kecanggihan teknologi. Termasuk perbaikan infrastruktur sudah hampir merata di seluruh Indonesia.

“Bila ada sebagian infrastruktur belum baik, berarti memang belum masuk waktunya daerah perbaikan,” tegas politisi PPP itu. (*/her)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *